Descripción del sitio
Pada 2010 lalu BatanTek praktis mati setelah ada larangan internasional untuk melakukan pengayaan uranium tingkat tinggi. Sejak itu PT BatanTek berhenti memproduksi radioisotop dan kehilangan pelanggan.
Untungnya, para peneliti BatanTekno berhasil menemukan teknologi baru pengayaan uranium tingkat rendah. Tapi perlu modal sangat besar.
“Perlu berapa?” tanya Dahlan saat rapat dengan dua ahli nuklir itu di Serpong. “Cukup besar, Pak. Rp 85 miliar,” jawab Dr Yudiutomo. “Saya carikan!” kata Dahlan Iskan.
Saat ini Batantek sudah menguasai pasar Asia karena menjadi satu-satunya produsen di Asia. Tahun 2011 omzetnya langsung bisa mencapai Rp 200 miliar. Tidak mustahil bakal bisa mencapai Rp 1 triliun dan kemudian Rp 3 triliun di kemudian hari.
Batantek yang kemudian diubah namanya menjadi Batantekno oleh Dahlan Iskan saat ini sedang membangun reaktor radioisotop di Amerika utuk menguasai pasar benua itu.