Lokasi makam aulia yang sering diziarahi.


0: Kanjengan Gunung Cilik
Ver detalle
1: Makam Syaikh Ihsan
Ver detalle
2: Makam Keluarga Tebu Ireng
Ver detalle
3: Makam Sayyid Sulaiman
Ver detalle
4: Makam Syaikh Jumadil Kubro
Ver detalle
5: Makam Sunan Ampel
Ver detalle
6: Makam Sunan Bungkul
Ver detalle
7: Makam Syaikh Kholil
Ver detalle
8: Makam Sunan Gresik
Ver detalle
9: Makam Sunan Giri
Ver detalle
10: Makam Sunan Drajat
Ver detalle
11: Makam Syaikh Ibrahim Asmaqondi
Ver detalle
12: Makam Sunan Bonang
Ver detalle
13: Makam Sunan Kudus
Ver detalle
14: Makam Sunan Muria
Ver detalle
15: Makam Sunan Kalijaga
Ver detalle
16: Makam Sunan Gunung Jati
Ver detalle


Lugares de interés (POIs) del Mapa

0: Kanjengan Gunung Cilik

Kamulan, Durenan, Trenggalek


Más sobre Kanjengan Gunung Cilik

1: Makam Syaikh Ihsan

Jampes, Kediri


Salah satu ulama yang paling berpengaruh dalam penyebaran ajaran Islam di wilayah nusantara pada abad ke-19 (awal abad ke-20) adalah Syekh Ihsan Muhammad Dahlan al-Jampesi. Namun, namanya lebih dikenal sebagai pengasuh Pondok Pesantren Jampes (kini Al Ihsan Jampes) di Dusun Jampes, Desa Putih, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Namanya makin terkenal setelah kitab karangannya Siraj Al-Thalibin menjadi bidang ilmu yang dipelajari hingga perguruan tinggi, seperti Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Dan, dari karyanya ini pula, ia dikenal sebagai seorang ulama sufi yang sangat hebat.

Semasa hidupnya, Kiai dari Dusun Jampes ini tidak hanya dikenal sebagai ulama sufi. Tetapi, ia juga dikenal sebagai seorang yang ahli dalam bidang ilmu-ilmu falak, fikih, hadis, dan beberapa bidang ilmu agama lainnya. Karena itu, karya-karya tulisannya tak sebatas pada bidang ilmu tasawuf dan akhlak semata, tetapi hingga pada persoalan fikih.

Dilahirkan sekitar tahun 1901, Syekh Ihsan al-Jampesi adalah putra dari seorang ulama yang sejak kecil tinggal di lingkungan pesantren. Ayahnya KH Dahlan bin Saleh dan ibunya Istianah adalah pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Jampes. Kakeknya adalah Kiai Saleh, seorang ulama asal Bogor, Jawa Barat, yang masa muda hingga akhir hayatnya dihabiskan untuk menimba ilmu dan memimpin pesantren di Jatim.

Kiai Saleh sendiri, dalam catatan sejarahnya, masih keturunan dari seorang sultan di daerah Kuningan (Jabar) yang berjalur keturunan dari Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati Cirebon, salah seorang dari sembilan wali penyebar agama Islam di Tanah Air.

Sedangkan, ibunya adalah anak dari seorang kiai Mesir, tokoh ulama di Pacitan yang masih keturunan Panembahan Senapati yang berjuluk Sultan Agung, pendiri Kerajaan Mataram pada akhir abad ke-16.

Keturunan Syekh Ihsan al-Jampesi mengenal sosok ulama yang suka menggeluti dunia tasawuf itu sebagai orang pendiam. Meski memiliki karya kitab yang berbobot, namun ia tak suka publikasi. Hal tersebut diungkap KH Abdul Latief, pengasuh Ponpes Jampes sekaligus cucu dari Syekh Ihsan al-Jampesi.


Más sobre Makam Syaikh Ihsan

2: Makam Keluarga Tebu Ireng

Makam K. Hasyim Asya'ri, K Wahid Hasyim dan Presiden RI ke-4 KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)


Más sobre Makam Keluarga Tebu Ireng

3: Makam Sayyid Sulaiman

Mojoagung, Jombang

Sayyid Sulaiman adalah tokoh penyebar agama Islam yang datang dari Yaman yang menurut beberapa sumber mengatakan bahwa keluarga beliau adalah keturunan langsung dari nabi Muhammad dengan marga Basyaiban. Ayah dari Sayyid Sulaiman adalah seorang perantau dan menikah dengan putri Hasanuddin bin Sunan Gunung Jati. Jadi, secara garis keturunan ibu, Sayyid Sulaiman juga merupakan cucu Sunan Gunung Jati.

Dalam kontribusinya menyebarkan agama Islam, Sayyid Sulaiman bersama dengan rekan-rekannyalah yang berjasa mendirikan pondok pesantren di Sidogiri pada tahun 1745. Saat itu, wilayah Sidogiri masih dalam bentuk hutan belantara, sehingga memerlukan waktu 40 hari untuk membabat hutan.

Setelah berhasil dengan beberapa kontribusi yang berkenaan dengan misionarisnya, Sayyid Sulaiman meninggal dan dimakamkan di dusun Rejo Slamet, desa Mancilan, kecamatan Mojoagung, Jombang. Makam beliau banyak dikunjungi setiap harinya oleh peziarah yang datang ke Jombang untuk berdoa atau bahkan meminta jodoh dan rezeki. Akan lebih ramai lagi makam ini dikunjungi, saat malam Jumat Legi, pada kalender Jawa.


Más sobre Makam Sayyid Sulaiman

4: Makam Syaikh Jumadil Kubro

Trowulan, Kediri

Syekh Jumadil Qubro berasal dari Samarkand, Uzbekistan, Asia Tengah. Ia diyakini sebagai keturunan ke-10 dari al-Husain, cucu Nabi Muhammad SAW.

Pada awalnya, Syekh Jumadil Qubro dan kedua anaknya, Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishaq, datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah; Syekh Jumadil Qubro tetap di pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, di sebelah selatan Vietnam, yang kemudian mengislamkan Kerajaan Campa, sementara adiknya Maulana Ishaq pergi ke Aceh dan mengislamkan Samudra Pasai.


Más sobre Makam Syaikh Jumadil Kubro

5: Makam Sunan Ampel

Ampel, Surabaya
Sunan Ampel atau Raden Rahmat. Lokasi makam Sunan Ampel terletak didalam komplek masjid Jami Ampel di Surabaya.
Didepan makam Sunan Ampel ada dua pintu gerbang besar bergaya Eropa. Makamnya terpisah dengan dari makam lainnya dan diberi pagar teralis dari besi setinggi 110 cm. Di arah kaki (bagian selatan) ada pintu yang dapat dibuka dan ditutup yang dilengkapi dengan kunci gembok. Jiratnya disusun empat tingkat dan nisannya bagian atas berbentuk seperti daun teratai. Pada sisi bagian selatan dituliskan keterangan diri tentang Sunan Ampel dalam aksara Latin.

Sunan Ampel yang bernama asli Raden Rahmat adalah putra Maulana Malik Ibrahim, Muballigh yang bertugas dakwah di Champa, dengan ibu putri Champa. Sunan Ampel adalah tokoh utama penyebaran Islam di tanah Jawa, khususnya untuk Surabaya dan daerah-daerah sekitarnya.


Más sobre Makam Sunan Ampel

6: Makam Sunan Bungkul

Ki Ageng Bungkul adalah seorang nayaka (keramat) kerajaan Majapahit, keturunan Ki Ageng dari Majapahit yang berkediaman di Bungkul Surabaya. Sunan Bungkul dikenal sebagai tokoh masyarakat dan penyebar agama Islam pada masa akhir kejayaan Kerajaan Majapahit di abad XV di tanah Jawa. Sumbangsih Sunan Bungkul dalam penyebaran Islam di tanah Jawa tak bisa diabaikan begitu saja. Beliau sering berkonsultasi dengan Sunan Ampel mengenai masalah agama Islam sehingga kemudian masuk Agama Islam. Ki Ageng Bungkul aslinya bernama Ki Supo, seorang ahli pembuat keris dari Tuban. Beliau menetap di Bungkul sampai wafatnya. Sunan Bungkul adalah mertua dari Raden Paku atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Giri.


Más sobre Makam Sunan Bungkul

7: Makam Syaikh Kholil

Bangkalan, Madura

Syeikhona Kholil sendiri hidup pada 1835 M – 1925 M, beliau adalah ulama’ keturunan ketujuh dari Sunan Gunung Jati Cirebon, (tapi jika merujuk dari buyutnya yang bernama Sunan Cendana, beliau adalah keturunan Sunan Ampel. Atau bisa jadi ia memang adalah keturunan kedua sunan tersebut) beliau dikenal sebagai guru agama banyak tokoh di Indonesia. Bahkan kabarnya Ir. Soekarno sendiri pernah mondok di Syeikhona Kholil sebelum nyantri ke HOS. Tjokro Aminoto yang juga pernah nyantri pada KH. Kholil.

Beliau menjadi tokoh di balik berdirinya NU di Indonesia, lewat petunjuknyalah KH. Hasyim Asy’ari berangkat ke Hijaz dalam misi mempertahankan tradisi Islam tradisional yang dianggap benar dan mempertahankan makam Nabi Muhammad agar tidak digusur oleh orang Wahabi. Begitu juga saat Hasyim Asy’ari hendak mendirikan NU sebagai kelanjutan Komite Hijaz yang ia gagas, ia juga masih meminta restu Mbah Kholil (orang Bangkalan biasa menyebutnya).

Sedikit yang unik, pada nisan sang Syekh terkesan besar dan terus bertambah besar, di nisannya melekat kain kafan yang diikatkan pada nisan, karena walau sejak 1980-an tidak lagi dipasangi kain kafan, tapi banyak para pengunjung yang mempunyai nadzar kemudian harus diiyakan oleh pengurus makam. Akan tetapi saat ini bentuk nisan dikembalikan lagi menjadi lebih ramping. Setiap harinya, peziarah bisa mencapai 60 bis pariwisata. Jangan heran pula jika yang datang pun ternyata bukan hanya umat Islam Indonesia tapi juga dari Kuala Lumpur, Brunai, Beijing, dan Australia. Setidaknya begitulah menurut pengakuan penjaga pesarean.

Selesai dari pesarean, kita bisa mampir sejenak di toko oleh-oleh khas Madura, ada asesoris-asesoris khas Madura yang dijual di tempat ini. Jadi jika Anda kebetulan berada di Bangkalan, tidak ada salahnya bukan jika Anda mengunjungi makam orang yang paling dihormati di Madura ini.


Más sobre Makam Syaikh Kholil

8: Makam Sunan Gresik

Gapurosukilo, Gresik

Maulana Malik Ibrahim. Lokasi makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur. Bangunan dari Makam Maulana Malik Ibrahin mempunyai kekhasan tersendiri, hal ini terlihat dari baha batu nisan dan gaya tulisan Arab. Batu Nisan terbuat dari marmer dengan gaya Gujarat. Hal ini karena Maulana Malik Ibrahim disebut sebagai Sunan Gresik atau Syekh Maghribi dan Makdum Ibrahim As-Samarqandy diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Maulana Malik Ibrahim adalah wali pertama yang membawakan Islam di tanah Jawa.

Maulana Malik Ibrahim juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia banyak merangkul rakyat jelata, yaitu golongan yang tersisihkan dalam masyarakat Jawa di akhir kekuasaan Majapahit. Misinya ialah mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara.

Pada tahun 1419, setelah selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, Maulana Malik Ibrahim wafat. Maulana Malik Ibrahim adalah sosok penyebar agama Islam di tanah Jawa dan merupakan wali tertua dari kesembilan wali. Di dalam kompleks makam ini terdapat makam-makam keluarga dan umum.


Más sobre Makam Sunan Gresik

9: Makam Sunan Giri

Giri, Kebomas, Gresik

Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin. Lokasi makamnya terletak di desa Giri, Kebomas, Gresik.

Sunan Giri adalah nama salah seorang Walisongo dan pendiri kerajaan Giri Kedaton, yang berkedudukan di daerah Gresik, Jawa Timur. Ia lahir di Blambangan tahun 1442.

Sunan Giri memiliki beberapa nama panggilan, yaitu Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden Ainul Yaqin dan Jaka Samudra.


Más sobre Makam Sunan Giri

10: Makam Sunan Drajat

Paciran, Lamongan

Sunan Drajat atau Raden Qasim. Lokasi Makam Sunan Drajat dapat ditempuh dari Surabaya maupun Tuban lewat Jalan Dandeles (Anyer-Panarukan). Namun bila lewat Lamongan dapat ditempuh 30 menit dengan kendaran pribadi.

Makam Sunan Drajat [Foto: Istimewa]Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470. Nama kecilnya adalah Raden Qasim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Dia adalah putra dari Sunan Ampel, dan bersaudara dengan Sunan Bonang. Ketika dewasa, Sunan Drajat mendirikan pesantren Dalem Duwur di desa Drajat, Paciran, Lamongan.

Sunan Drajat yang mempunyai nama kecil Syarifudin atau raden Qosim putra Sunan Ampel dan terkenal dengan kecerdasannya. Setelah menguasai pelajaran Islam beliau menyebarkan agama Islam di desa Drajad sebagai tanah perdikan di kecamatan Paciran. Tempat ini diberikan oleh kerajaan Demak. Ia diberi gelar Sunan Mayang Madu oleh Raden Patah pada tahun Saka 1442/1520 Masehi.


Más sobre Makam Sunan Drajat

11: Makam Syaikh Ibrahim Asmaqondi

Palang, Tuban

Adalah makam salah satu Tokoh Penyebar Agama Islam yang masuk di Tuban. Sunan Palang merupakan Bapak dari Sunan Ampel dan beristri NYAI GEDE MANILA. Sunan Palang ( M. IBRAHIM ASMORO ) mempunyai cucu SUNAN BONANG dan SUNAN DRAJAT.


Más sobre Makam Syaikh Ibrahim Asmaqondi

12: Makam Sunan Bonang

Tuban
Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim. Lokasi Makam Sunan Bonang ada dua yakni terletak di desa Bonang, Kecamatan Panyingkiran, Majalengka, Jawa Barat dan di Tuban. Lokasi makam Sunan Bonang ada dua karena konon, saat kabar wafatnya terjadi perebutan antar muridnya yang mengaguminya. Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465, dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim. Dia adalah putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila.


Más sobre Makam Sunan Bonang

13: Makam Sunan Kudus

Sunan Kudus atau Jaffar Shadiq. Jaffar Shadiq atau Sunan Kudus dimakamkan di Masjid Menara Kudus yang terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah. Di samping puluhan makam di kawasan itu terdapat pula makam putra Sunan Kudus yaitu Pangeran Palembang. Makam Sunan Kudus sendiri terdapat di tengah-tengah bangunan induk berbentuk joglo.Makam Sunan Kudus [Foto: Istimewa]
Sunan Kudus dilahirkan dengan nama Jaffar Shadiq. Dia adalah putra dari pasangan Sunan Ngudung, adalah panglima perang Kesultanan Demak Bintoro, dan Syarifah, adik dari Sunan Bonang. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550. Sunan Kudus pernah menjabat sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, dan dalam masa pemerintahan Sunan Prawoto, dia menjadi penasihat bagi Arya Penangsang.

Selain sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, Sunan Kudus juga menjabat sebagai hakim pengadilan bagi Kesultanan Demak. Dalam melakukan dakwah penyebaran Islam di Kudus, Sunan Kudus menggunakan sapi sebagai sarana penarik masyarakat untuk datang untuk mendengarkan dakwahnya. Sunan Kudus juga membangun Menara Kudus yang merupakan gabungan kebudayaan Islam dan Hindu yang juga terdapat Masjid yang disebut Masjid Menara Kudus.

Pada tahun 1530, Sunan Kudus mendirikan sebuah mesjid di desa Kerjasan, Kudus Kulon, yang kini terkenal dengan nama Masjid Agung Kudus dan masih bertahan hingga sekarang. Sekarang Masjid Agung Kudus berada di alun-alun kota Kudus, Jawa Tengah. Peninggalan lain dari Sunan Kudus adalah permintaannya kepada masyarakat untuk tidak memotong hewan kurban sapi dalam perayaan Idul Adha untuk menghormati masyarakat penganut agama Hindu dengan mengganti kurban sapi dengan memotong kurban kerbau, pesan untuk memotong kurban kerbau ini masih banyak ditaati oleh masyarakat Kudus hingga saat ini.


Más sobre Makam Sunan Kudus

14: Makam Sunan Muria

Sunan Muria atau Raden Umar Said. Lokasi Makam Sunan Muria di Desa Colo, Kecamatan Dawe. Ziarah ke makam Sunan Muria yang berjarak sekitar 30 kilometer arah utara dari KMMK (Kompleks Masjid Menara Kudus).Makam Sunan Muria [Foto: Istimewa]
Sunan Muria dilahirkan dengan nama Raden Umar Said atau Raden Said. Menurut beberapa riwayat, dia adalah putra dari Sunan Kalijaga yang menikah dengan Dewi Soejinah, putri Sunan Ngudung. Nama Sunan Muria sendiri diperkirakan berasal dari nama gunung (Gunung Muria), yang terletak di sebelah utara kota Kudus, Jawa Tengah, tempat dia dimakamkan.


Más sobre Makam Sunan Muria

15: Makam Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga atau Raden Said. Ketika wafat, Sunan Kalijaga dimakamkan di Desa Kadilangu, dekat kota Demak (Bintara). Makam ini hingga sekarang masih ramai diziarahi orang. Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Dia adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur.Makam Sunan Kalijaga

Nama lain Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman. Berdasarkan satu versi masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari Desa Kalijaga di Cirebon. Pada saat Sunan Kalijaga berdiam di sana, dia sering berendam di sungai (kali), atau jaga kali. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishak, dan mempunyai 3 putra: R. Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rakayuh dan Dewi Sofiah.


Más sobre Makam Sunan Kalijaga

16: Makam Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah. Lokasi makamnya terletak di desa Astana kecamatan Cirebon Utara, sekitar 6 km dari Kota Cirebon. Kawasan ini telah di kenal luas,bahkan hingga ke mancanegara. kawasan ini potensial untuk di tingkatkan menjadi obyek wisata utama, dan tempat ziarah di Cirebon pada khususnya dan untuk pengunjung luar juga pada umumnya, di samping tetap melestarikan sebagai tempat peziarahan.Pintu makam Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah putra Nurul Alam putra Syekh Jamaluddin Akbar. Di titik ini (Syekh Jamaluddin Akbar Gujarat) bertemulah garis nasab Sunan Ampel dan Sunan Gunung Jati. Ibunda Sunan Gunung Jati adalah Nyai Rara Santang, seorang putri keturunan keraton Pajajaran, anak dari Sri Baduga Maharaja, atau dikenal juga sebagai Prabu Siliwangi dari perkawinannya dengan Nyai Subang Larang. Makam dari Nyai Rara Santang bisa ditemui di dalam klenteng di Pasar Bogor, berdekatan dengan pintu masuk Kebun Raya Bogor.


Más sobre Makam Sunan Gunung Jati

Comentarios

comments powered by Disqus